Emansipasi dan tanda tanya, berkali-kali aku mendengar kata itu, lalu tiba-tiba kudengar tugas laki-laki pada akhirnya sama dengan tugas perempuan, perempuan bisa kerjakan apa-apa tugas laki-laki kayak angkat bangku, angkat meja, betulin atap rumah yang bocor, (keren banget). Ya, bisa-bisa aja, itu kalau enggak ada laki-laki di situ. Sayangnya, tuh laki-laki yang ada malah melongo aja ngeliatin, bukannya ngebantuin, katanya sih itu yang namanya emansipasi.
Emansipasi salah kaprah!!!
Ketika ada kata emansipasi, maksudnya itu adalah persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan, keduanya sama tinggi, tidak ada yang lebih rendah satu sama lain.
Sama seperti halnya ada perkataan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, apa tulang rusuk laki-laki jadi kurang satu? (ya enggaklah), di situ kenapa perempuan diibaratkan diciptakan dari tulang rusuk, supaya berdampingan, bukan dari tulang kaki yang letaknya dibawah lantas bisa diinjak-injak, atau letaknya di kepala sampai bisa ngerasa sok pinter dan menggurui.
Dari emansipasi, lahirlah hak perempuan untuk berkarier, untuk sama-sama bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri. Alhamdulillah, luar biasa, aku temukan sosok seseorang yang bisa menjelaskan mengapa perempuan tidak perlu bekerja dan cukup mengurusi rumah tangga saja. Seorang senior di kampus yang mungkin orang lain tak akan bisa mengira kalau orang ini tahu banyak tentang filosofi sesuatu (memang ngga ada yang sempurna, kalau ada yang baik ya diambil, yang jeleknya jangan diikuti).
Kenapa seorang perempuan ngga usah bekerja? Karena mencari nafkah itu tugasnya suami (betul...betul...betul...), tugas perempuan memang mengurus rumah tangga, ya, tugas rumah tangga enggak segampang yang dipikirkan, bukan sekedar bersih-bersih rumah, tapi lebih dari itu, di situ ladang pahala yang luar biasa besar buat seorang perempuan...
Pernah ngga sih berpikir gimana perasaan anak kalau dibesarkan sama orang lain yang bukan ibunya? Pernah dengar cerita juga, ada seorang ibu yang terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya, si anak ditinggalkan dengan seorang “bibi”, suatu ketika si anak menangis karena jatuh, lalu siapa yang dipanggil oleh anak itu? “bibi” bukan “mama” padahal ibunya juga ada di situ, itulah kedekatan emosional yang enggak akan pernah bisa dibeli pakai uang.
Ada satu hal lagi yang membuatku terenyuh, seniorku itu bilang seorang perempuan enggak usah bekerja, karena apa? Karena perempuan diciptakan untuk disenangkan.
Emansipasi salah kaprah!!!
Ketika ada kata emansipasi, maksudnya itu adalah persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan, keduanya sama tinggi, tidak ada yang lebih rendah satu sama lain.
Sama seperti halnya ada perkataan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, apa tulang rusuk laki-laki jadi kurang satu? (ya enggaklah), di situ kenapa perempuan diibaratkan diciptakan dari tulang rusuk, supaya berdampingan, bukan dari tulang kaki yang letaknya dibawah lantas bisa diinjak-injak, atau letaknya di kepala sampai bisa ngerasa sok pinter dan menggurui.
Dari emansipasi, lahirlah hak perempuan untuk berkarier, untuk sama-sama bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri. Alhamdulillah, luar biasa, aku temukan sosok seseorang yang bisa menjelaskan mengapa perempuan tidak perlu bekerja dan cukup mengurusi rumah tangga saja. Seorang senior di kampus yang mungkin orang lain tak akan bisa mengira kalau orang ini tahu banyak tentang filosofi sesuatu (memang ngga ada yang sempurna, kalau ada yang baik ya diambil, yang jeleknya jangan diikuti).
Kenapa seorang perempuan ngga usah bekerja? Karena mencari nafkah itu tugasnya suami (betul...betul...betul...), tugas perempuan memang mengurus rumah tangga, ya, tugas rumah tangga enggak segampang yang dipikirkan, bukan sekedar bersih-bersih rumah, tapi lebih dari itu, di situ ladang pahala yang luar biasa besar buat seorang perempuan...
Pernah ngga sih berpikir gimana perasaan anak kalau dibesarkan sama orang lain yang bukan ibunya? Pernah dengar cerita juga, ada seorang ibu yang terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya, si anak ditinggalkan dengan seorang “bibi”, suatu ketika si anak menangis karena jatuh, lalu siapa yang dipanggil oleh anak itu? “bibi” bukan “mama” padahal ibunya juga ada di situ, itulah kedekatan emosional yang enggak akan pernah bisa dibeli pakai uang.
Ada satu hal lagi yang membuatku terenyuh, seniorku itu bilang seorang perempuan enggak usah bekerja, karena apa? Karena perempuan diciptakan untuk disenangkan.
Komentar
Posting Komentar
Silakan berikan komentar, saran dan kritik sangat ditunggu... ^^