Langsung ke konten utama

Punten, Geser Sakedik...

Kota Bandung mulai kehilangan keasriannya di pagi hari, polusi udara mulai menusuk hidung karena kendaraan yang mulai pabeulit, ada banyak motor, mobil pribadi, mobil angkot, sepeda dan becak, tak kalah juga terlihat anak-anak berseragam sekolah berlalu-lalang menyebrang ke sana ke mari, ditambah juga suara peluit yang ditiup polisi lalu lintas mencoba menertibkan angkot yang tiba-tiba menyalip, berhenti, menurunkan atau menaikkan penumpang di mana saja, berebut dan berlomba mencari setoran yang konon katanya dulu para penumpang yang berlomba-lomba mencari angkot supaya cepat sampai tujuan, tapi sekarang, para supir angkot yang sibuk mencari penumpang, “seueur anu nyicil motor ayeuna mah...” begitulah yang diungkapkan oleh seorang supir angkot sambil celingak-celinguk mencari penumpang.
Di pagi itu agak berbeda, angkot bermuatan 12 orang di bagian belakang telah terisi dengan 10 orang penumpang, tetap masih berusaha mencari keuntungan, angkot kalapa-dago itu berhenti tepat di depan 2 orang calon penumpang yang menyetop angkot.
“Punten, geser sakedik...” begitulah pinta supir angkot tersebut dengan sopan. Jok angkot panjang yang berkapasitas 7 orang itu baru terisi 5 orang penumpang, seharusnya masih ada tempat duduk untuk 2 orang penumpang. Dari gaya berpakaiannya, mungkin beberapa diantaranya berprofesi sebagai mahasiswa, usia para penumpang di jok tersebut pun kelihatannya masih 21-23 tahun, masih muda. Namun, betapa mirisnya, tidak seorang pun bergeser dari posisinya, padahal posisi duduk mereka masih renggang. Jangankan untuk bergeser, masing-masing dari mereka bahkan seperti pura-pura tak mendengar permintaan supir angkot, semuanya bersikap tak acuh, asyik dengan pandangan kosong ke luar jendela. Niatan kedua calon penumpang tersebut akhirnya urung, “engga, kang...” tolaknya. Tanpa banyak bicara, supir angkot tersebut akhirnya pergi tanpa membawa kedua calon penumpang.
Berpikir mengenai penting atau tidak penting, sadar atau tidak sadar, sebegitu tidak mampukah kita untuk memberikan ruang untuk orang lain? Mungkin saat itu orang-orang mulai kehilangan kepeduliannya, kehilangan kepedulian untuk berbagi terhadap sesama, yang terpikir di benak mereka hanya tentang ‘bagaimana saya bisa nyaman dan leluasa, selebihnya bukan urusan saya’.
Di zaman sekarang ini, sepertinya hanya ada dalam film ketika seorang pemuda mengalah dan memberikan tempat duduknya untuk seorang ibu yang sudah tua, mungkin hanya ada dalam dongeng ketika anak laki-laki tak dikenal menawarkan bantuan untuk membawakan satu kantong kresek belanjaan seorang nenek.
Anak muda yang katanya sebagai generasi penerus bangsa, yang juga nantinya akan menjadi contoh bagi adik-adiknya ternyata memiliki rasa tidak peduli terhadap sesama. Apakah kepedulian itu benar-benar telah sirna?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Wijaya Platinum Skincare

Mari, kita sharing lagi... Sebelumnya udah sharing tentang Vidiz Baniar , sebetulnya asyik-asyik aja sih perawatan di situ, tapi lokasinya jauh juga dari rumah, lama-lama berasa cape di jalan... hehehe akhirnya makin lama makin jarang ke sana dan mulai memutuskan untuk lepas. Hari ini hari ke-14 pakai produk dari Skincare lain, yup... 2 minggu yang lalu akhirnya aku mutusin untuk coba wijaya platinum skincare. Seperti biasa, yang awal dikhawatirkan itu adalah masalah keuangan, ya, takut laham, diluar budget. Tapi berhubung betul-betul serius banget pengen perawatan lagi setelah sekian lama, dan inget rekomend dari sepupu di Jakarta akhirnya aku memberanikan diri buat masuk ke sini, Wijaya Skincare di Jl. Karapitan. Awalnya hanya facial aja aku coba sekitar 2 kali, aku cukup nyaman sama facialnya, untuk harga termasuk cukup murah, mulai 95rb sampai 150rb aja tergantung jenisnya. Tapi karena ga tahan sama bruntus2 di daerah jidat, akhirnya coba konsul dokter deh. Hari itu aku ketem

Review Vidiz Baniar Skin Care

Hai Cantik... Kali ini pemilik blog mau sedikit sharing info tentang perawatan wajah di Skin Care... Sehubungan dengan aku dulunya korban iklan, akhirnya hampir semua produk yang menggoda dicoba... tapi sayang, reaksi kulit ga bersahabat, akhirnya kulit aku yang memang cenderung berminyak dan berjerawat ini jadi kusam, jerawat tetep nangkring, setiap bangun tidur rasanya kulit ga cerah dan pastinya merusak mood apalagi kalau lagi ngaca. Setelah cari-cari info kesana-kemari, aku yang baru masuk kerja dengan gaji awal yang standar mulai banding-banding skincare yang ga bikin kantong kempes, he... he... he... maklum lah,, bukannya ga mau cari yang mahal tapi apa daya... Akhirnya dapet info dari adiknya temen kantor ku untuk ke skincare yang ada di daerah antapani, namanya Vidiz Baniar Skincare. Pasiennya lumayan banyak juga, akhirnya setelah awal konsultasi facial detox (katanya sih untuk menghilangkan zat-zat krim-krim kecantikan yang kemungkinan masih menumpuk di pori-pori kulit)

Pengalaman nabung di Bank CIMB Niaga Syariah

Hai Dear... Kali ini mau cerita pengalaman nabung... aku orangnya seneng nabung, lebih tepatnya buka tabungan (ahaha *beda keleusss).  Coba cari beberapa bank sampai akhirnya lebih nyaman untuk jadi nasabah Niaga. Maklum kalau orang gajian kan penghasilan bulanannya segitu-gitu aja, dan sekarang bunga sama administrasi harus itung-itungan biar ga jadi minus. Dan... akhirnya jatuhlah pilihan pada tabungan CIMB Niaga Syariah. Pertimbangannya adalah untuk tabungan ini tidak dikenakan administrasi bulanan dan rasanya cocok aja untuk yang tabungannya ngga terlalu besar. Meskipun tidak dikenakan administrasi bulanan tapi jangan salah lho... untuk tabungan ini nasabah tetap dikasih nisbah (bagi hasil). Lumayan kan... minimal tabungan yang tinggal sedikit ngga sampai menghilang ngga jelas tertelan biaya administrasi. Tapi kalau untuk yang bisnis-bisnis gitu sih katanya kurang fleksibel untuk transfer-transferan. Untuk aku pribadi sih... cukup karena penggunaannya untuk sehari-hari aja. Ta