Pintu rumah dibuka, Pak De’ membawa sebuah amplop cokelat kecil di tangannya yang kemudian beliau berikan kepada ku.
Rupanya di dalam amplop itu terdapat 2 buah surat penting, diantaranya SIUP dan surat tanah, serta satu buah cek dengan nominal 2,7 Milyar Rupiah. Tanpa mengecek lebih lanjut keaslian surat-surat itu nomor yang tertera pun aku hubungi, ada dua buah nomor di sana, nomor handphone dan nomor telfon kantor (tulisannya), namun lebih lanjut aku hanya berhubungan dengan nomor ponselnya, bukan nomor kantor melalui SMS.
Seperti sungguhan, aku mendapat balasan SMS yang isinya meminta saya untuk menyebutkan nomor surat tersebut, katanya untuk meminta kepastian bahwa surat tersebut adalah milik mereka, tak lama kemudian aku pun mendapatkan balasan yang isinya adalah benar surat itu adalah milik mereka dan memintaku untuk mengantarkan surat itu ke alamat yang tertera di SIUP (daerah Surabaya) dengan janji bahwa ia akan memberikan imbalan sebesar 80 juta rupiah dan akan memberikan ongkos sebesar 30 juta rupiah yang akan ditransferkan ke nomor rekening.
Hari itu juga, perusahaan tersebut cepat-cepat ingin mengirimkan ongkos ke dalam rekening ku dan terus menelfon. Untuk jaga-jaga, aku pun memberikan salah satu nomor rekening yang isi tabungannya hanya 150 ribu rupiah.
Anehnya bapak itu meminta ku langsung mengecek melalui ATM dengan dibimbing langsung lewat telfon. Beberapa kali ia meminta saya mengecek sudah terkirim atau belumnya uang di ke dalam tabungan, katanya uang dikirim melalui rekening perusahaan dengan bentuk US $, dan akan diterima nanti dalam bentuk rupiah. Dia terus meminta saya mengecek uang melalui ATM, dan berkali-kali uang itu belum masuk juga, tiba-tiba dia pun menanyakan jumlah uang dalam rekening saya, dan dengan PD nya saya bilang kalau di tabungan saya ada 140 ribu. Lalu, orang itu bilang kalau untuk menerima transferan ini minimal uang di tabungan saya harus ada 500 ribu, dan dia meminta saya untuk memberikan nomor rekening mama, papa, atau teman yang minimal nominal tabungannya 500 ribu.
Merasa janggal, saya pun mendatangi bank tempat saya menabung dan menanyakan perihal sistem transfer yang mengharuskan nominal minimal 500 ribu, dan ternyata bank bisa menerima uang melalui transfer dengan nominal berapa pun asalkan tabungan tersebut masih aktif.
Dari situ aku memperlihatkan surat-surat penting (baca:palsu) tersebut kepada seorang teman, yang kemudian dia periksa, cap perusahaan terlihat sangat rapi, logo terlihat hasil print sendiri jika diperhatikan dengan teliti, dan bentuk cek yang tidak rapi, terlihat hasil potongan sendiri.
Beberapa hari saya tidak menghubungi nomor itu lagi, dan sebaliknya nomor itu juga tidak menghubungi saya, yang berarti memang surat-surat itu tidak penting-penting amat untuk si perusahaan bodong.
Selalu berhati-hati ya kawan...!!!
Rupanya di dalam amplop itu terdapat 2 buah surat penting, diantaranya SIUP dan surat tanah, serta satu buah cek dengan nominal 2,7 Milyar Rupiah. Tanpa mengecek lebih lanjut keaslian surat-surat itu nomor yang tertera pun aku hubungi, ada dua buah nomor di sana, nomor handphone dan nomor telfon kantor (tulisannya), namun lebih lanjut aku hanya berhubungan dengan nomor ponselnya, bukan nomor kantor melalui SMS.
Seperti sungguhan, aku mendapat balasan SMS yang isinya meminta saya untuk menyebutkan nomor surat tersebut, katanya untuk meminta kepastian bahwa surat tersebut adalah milik mereka, tak lama kemudian aku pun mendapatkan balasan yang isinya adalah benar surat itu adalah milik mereka dan memintaku untuk mengantarkan surat itu ke alamat yang tertera di SIUP (daerah Surabaya) dengan janji bahwa ia akan memberikan imbalan sebesar 80 juta rupiah dan akan memberikan ongkos sebesar 30 juta rupiah yang akan ditransferkan ke nomor rekening.
Hari itu juga, perusahaan tersebut cepat-cepat ingin mengirimkan ongkos ke dalam rekening ku dan terus menelfon. Untuk jaga-jaga, aku pun memberikan salah satu nomor rekening yang isi tabungannya hanya 150 ribu rupiah.
Anehnya bapak itu meminta ku langsung mengecek melalui ATM dengan dibimbing langsung lewat telfon. Beberapa kali ia meminta saya mengecek sudah terkirim atau belumnya uang di ke dalam tabungan, katanya uang dikirim melalui rekening perusahaan dengan bentuk US $, dan akan diterima nanti dalam bentuk rupiah. Dia terus meminta saya mengecek uang melalui ATM, dan berkali-kali uang itu belum masuk juga, tiba-tiba dia pun menanyakan jumlah uang dalam rekening saya, dan dengan PD nya saya bilang kalau di tabungan saya ada 140 ribu. Lalu, orang itu bilang kalau untuk menerima transferan ini minimal uang di tabungan saya harus ada 500 ribu, dan dia meminta saya untuk memberikan nomor rekening mama, papa, atau teman yang minimal nominal tabungannya 500 ribu.
Merasa janggal, saya pun mendatangi bank tempat saya menabung dan menanyakan perihal sistem transfer yang mengharuskan nominal minimal 500 ribu, dan ternyata bank bisa menerima uang melalui transfer dengan nominal berapa pun asalkan tabungan tersebut masih aktif.
Dari situ aku memperlihatkan surat-surat penting (baca:palsu) tersebut kepada seorang teman, yang kemudian dia periksa, cap perusahaan terlihat sangat rapi, logo terlihat hasil print sendiri jika diperhatikan dengan teliti, dan bentuk cek yang tidak rapi, terlihat hasil potongan sendiri.
Beberapa hari saya tidak menghubungi nomor itu lagi, dan sebaliknya nomor itu juga tidak menghubungi saya, yang berarti memang surat-surat itu tidak penting-penting amat untuk si perusahaan bodong.
Komentar
Posting Komentar
Silakan berikan komentar, saran dan kritik sangat ditunggu... ^^